Archives

Makna Selembar Kain Yang Menutup Wajah

By: Yulianna PS
Penulis Kumcer “Hidayah Pelipur Cinta”

Makna selembar kain yang menutup wajah anggun itu, ia bukanlah tempat bersembunyi agar wajah pas-pasan tidak terlihat, bukan pula tempat menutup wajah cantik nan menawan, ia adalah kain penutup yang bermakna ketakwaan. Ketakwaan seorang wanita pada Allah dan Rasul-Nya, sebagai bentuk rasa berserah sang hamba pada-Nya.

Makna selembar kain yang menutup di wajah ini, ia bukanlah sarana untuk membanggakan diri agar terlihat lebih baik daripada yang lain, bukan pula alat untuk unjuk gigi agar disebut shalihah ketimbang yang tidak menutup muka, juga bukan benda yang difungsikan untuk pamer dan riya’. Ia adalah pakaian anggun yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol, agar terkendali sikap ini berbuat aniaya dan hina. Pengendali agar diri tidak terjerat pada ajang tebar pesona, entah di dunia nyata atau maya.

Makna selembar kain yang menempel di wajah ini, ia bukanlah kain yang dikenakan untuk tujuan meraup simpati, tidak juga untuk tebar pesona dan gengsi. Ia adalah kain yang mempunyai berlapis-lapis manfaat, agar terjaga pandangan ini, terjaga sikap ini pada lawan jenis yang bukan mahram, juga untuk melindungi diri dari gangguan manusia jahil.

Makna selembar kain di wajah ini, ia bukanlah alat untuk meneriakkan ‘aku wanita bercadar yang lebih baik dari kalian yang tidak bercadar’, tetapi ia adalah alat untuk menutup aurat dan membedakan jati diri muslimah dengan yang lain, yang dikenakan bukan untuk merasa lebih baik dari yang tidak bercadar. Ia adalah alat untuk mengukur diri, sudah benarkah sikap ini sebagai muslimah sejati? Juga sebagai alat untuk menahan diri dari kehidupan dunia gemerlap.

Makna selembar kain yang melekat di wajah ini, ia bukanlah kain yang cukup diartikan sebagai penutup wajah saja. Ia adalah kain yang hendaknya membuat diri pemakai semakin giat mencari tahu, kenapa harus mengenakannya, agar pemakai tidak jatuh pada taqlid/buta.

Makna selembar kain yang membalut diwajah ini, ia bukanlah pertanda bahwa berarti pemakainya adalah manusia istimewa, tetapi dari kain itulah wanita belajar agar istimewa, menghindari pujian, menepis sanjungan, menolak simpati murahan. [voa-islam.com]

Sumber : http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2012/01/01/17264/makna-selembar-kain-yang-menutup-wajah/

Ragu katakan Syi’ah sesat, HNW alami sindrom “Bani Israel”


M. Fachry
JAKARTA (Arrahmah.com) – Banyak ilmu miskin komitmen! Itulah sindrom “Bani Israel” yang bisa jadi menjangkiti banyak para da’i (penyeru) di negeri ini, termasuk Hidayat Nur Wahid (HNW), Mantan Ketua MPR-RI yang juga politikus PKS. Bayangkan, pakar Syi’ah lulusan Universitas Islam Madinah itu ragu akan kesesatan Syi’ah dan tidak berani secara tegas mengatakan bahwa Syi’ah itu sesat. Astaghfirullah!
Mengapa ragu katakan Syi’ah sesat?
Fakta sesatnya Syi’ah sebenarnya sudah lama dideklarasikan di negeri ini. Pada tahun 1997, tepatnya pada tanggal 1 September 1997, dilakukan pertemuan tokoh-tokoh Islam di Istiqlal. Dari pertemuan tersebut, dihasilkan “Deklarasi Istiqlal”. Inti deklarasi itu menyatakan bahwa aliran LIBERAL & SYI’AH dinyatakan sesat.
Dalam seminar tersebut, sebagaimana dikutip dari eramuslim.com, HNW menjadi salah satu pemakalah, dan HNW yang baru pulang dari Saudi tersebut begitu tegas terhadap paham sesat Syi’ah. Namun, belakangan, di tahun 2006, HNW mengatakan bahwa ia bukan berasal dari mazhab yang suka mengkafirkan sesama muslim, dan sama sekali tidak terkait dengan peristiwa vonis sesat secara in absentia terhadap aliran Syi’ah di Masjid Istiqlal tahun 1997. Menurut HNW, ia tidak menandatangani rekomendasi Istiqlal itu. Jadi, HNW itu menganggap Syi’ah sama dengan Islam, tidak sesat? Astaghfirullah!
HNW alami sindrom “Bani Israel”
HNW alami sindrom “Bani Israel”, yakni banyak ilmu miskin komitmen. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Ustadz AM Waskito (penulis “Bersikap Adil Kepada Wahabi”) via sms kepada Arrahmah.com melihat fakta HNW yang mengakui tidak ikut menanda tangani “Deklarasi Istiqlal” dan ragu menyatakan kesesatan Syi’ah.
Padahal, HNW adalah seorang pakar Syi’ah lulusan Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah, Arab Saudi, Fakultas Dakwah & Ushuluddin, Jurusan Aqidah, pada tahun 1992. Namun sindrom “Bani Israel” rupanya lebih kuat mengcengkram HNW, yakni banyak ilmu miskin komitmen, sehingga dirinya ragu, takut untuk mengatakan kebenaran (al haq) bahwa Syi’ah itu sesat!
Apakah ini bagian dari tanda-tanda akhir zaman, yakni banyak para da’i (penyeru) namun mereka bukan menyeru atau mengajak kepada kebaikan yang akan menghantarkan manusia kepada surga, namun mereka malah menyeru manusia ke pintu-pintu neraka jahannam. Na’udzu billahi min dzalik!
Semoga kita dilindungi Allah SWT., dari ulama yang demikian, Insya Allah!
(M Fachry/arrahmah.com)

Ketua LPPI Makasar KH. M. Said: Syi'ah di Makasar Berpotensi Konflik

JAKARTA (voa-islam.com) - Keresahan umat Islam dengan maraknya penyebaran ajaran Syi’ah ternyata juga dialami oleh warga muslim Makasar. Salah seorang peneliti dari LPPI cabang Makasar KH. Muhammad Said Abdus Shamad, Lc, mengungkapkan permasalahan tersebut saat voa-islam.com berkesempatan mewawancarai beliau di PP Muhammadiyah Menteng Jakart Pusat, Kamis (5/1/2012).

KH. Muhammad Said sebenarnya sengaja datang dari Makasar ke Jakarta untuk melaporkan temuannya mengenai penolakan gelar doktoral yang sedang ditempuh tokoh Syi’ah Jalaludin Rahmat di UIN Alaudin Makasar, kepada LPPI Pusat yang dipimpin H. Amin Jamaludin juga kepada sejumlah instansi terkait dan ormas-ormas Islam.

Di sela-sela waktu istirahatnya, anggota Komisi Dakwah MUI Makasar ini memaparkan kondisi penyebaran Syi’ah di daerahnya yang jika dibiarkan akan berpotensi terjadinya konflik seperti di Sampang, Madura. Berikut ini adalah kutipan wawancara voa-islam.com bersama KH. Muhammad Said Abdus Shamad, Lc.

Assalamu’alaikum wr.wb.

Wa’alaikum salam wr.wb.

Langsung saja ustadz, sebagai seorang peniliti, bagaimana awal mula masuknya masuknya Syi’ah di Makasar?

Kalau di Makassar sendiri ajaran Syi’ah dimulai pada waktu revolusi Iran terjadi di bawah Ayatullah Khumaini, sehingga pelajar dan mahasiswa termasuk para dosen sangat tertarik membaca buku-buku yang berasal dari penulis-penulis Iran seperti Ali Syariati, Murtadha Muthahari dan lain-lain.

Apa yang menarik perhatian masyarakat Makasar terhadap Syi’ah?

Mereka tertarik sebenarnya kepada semangatnya namun dengan tanpa mereka sadari akhirnya mereka terlibat di dalam ajarannya, di mana Kang Jalal (Prof. Dr. Jalaludin Rahmat) itu sangat sering datang ke Makassar karena melihat antusias dan semangat dari warga makassar khususnya mahasiswa begitu besar.

Di situ (Syi’ah, red) juga ada kemudahan-kemudahan yang menarik umpamanya saja shalatnya 3 waktu; Shubuh, Dzuhur dan Ashar digabung, Maghrib dan Isa juga digabung.

Termasuk juga yang menarik mereka bahwa ada satu hal yang bisa memenuhi naluri dan keinginan mereka kepada wanita itu tidak perlu terlalu berbelit-belit yaitu dengan pernikahan yang disebut dengan nikah Mut’ah atau nikah kontrak.

Menurut temuan kami, nikah Mut’ah itu dilakukan oleh sebagian dari mahasiswa dan mahasiswi di lingkungan kampus, di Makasar itu kampus yang dikenal itu kan Unhas, UNM, UIN, UMI jadi di kampus-kampus ini sudah terkontaminasi.

Kami juga ada skripsi yang berjudul “Perempuan dalam Nikah Mut’ah” penyususn skripsi itu mengambil sampel dari mahasiswi-mahasiswi yang sudah melaksanakan nikah kontrak.

Di situ dikatakan bahwa wanita ini memakai jilbab yang cukup bagus, agamanya bagus tetapi dari seorang temannya di diajak untuk ikut kajian Syi’ah. Setelah dia ikut kajian Syi’ah maka barulah ia paham bahwa menurut yang dia dengar dalam kajian itu yang disampaikan begitu menarik, bahwa nikah mut’ah itu adalah sunnah Nabi dan berpahala melaksanakannya, kalau tidak dilaksanakan bedosa dan bisa kafir.

Selain kalangan mahasiswa kampus, syi’ar apa yang dilakukan penganut Syi’ah di tengan masyarakat?

Kalau yang nampak itu mereka mengadakan peringatan Asyura, syi’ar mereka itu dilakukan di gedung-gedung.

Mereka juga pintar, kalau ada ulama dari Iran mereka adakan diskusi dengan mendatangkan Prof. Dr. Qurays Shihab yang sepertinya dengan mereka cocok-cocok saja, sama Sunni cocok, Syi’ah juga cocok, mereka sangat senang dengan sikap yang seperti itu, karena dengan demikian mereka itu sepertinya diberi kebebasan dalam masyarakat.

Apakah maraknya penyebaran paham Syi’ah sudah sangat memprihatikan?

Oh iya, kami ini kan juga anggota MUI Makasar sebagai anggota Komisi Dakwah itu sangat prihatin karena MUI kan sudah mengeluarkan tentang rekomendasi tentang mewaspadai masuknya Syi’ah. Rekomendasinya itu intinya mengatakan; Syi’ah itu ajaran yang memiliki perbedaan pokok dengan ajaran ahlus sunnah wal jama’ah.

Lalu apa yang dilakukan instansi terkait untuk membendung maraknya paham Syi’ah?

Saya pribadi sebenarnya agak menyayangkan sikap dari MUI Makasar begitu juga MUI Sulsel, karena rupanya pikiran mereka itu pikiran yang moderat yang tidak terlalu memandang bahwa masalah ini adalah masalah yang perlu diperhatikan karena menganggap bahwa perbedaan ini adalah perbedaan yang sepele saja.

Apalagi di MUI Sulsel, pejabat terasnya itu sudah diundang ke Iran, sehingga setelah kembali memberi keterangan bahwa itu tidak begitu prinsip, hanya masalah imamah.

Kami sendiri sudah beberapa kali melapor ke MUI Sulsel juga MUI Makasar tetapi dibiarkan begitu saja, tidak direspon. Malah di antara MUI Makasar itu ada di antaranya yang berkata; “pak ustadz tidak perlu terlalu mengkritik Syi’ah, dia itu kan pusatnya di Iran, satu-satunya yang berani melawan Amerika dan barat kan Iran,” itu alasan mereka. Padahal menurut kami itu tidak benar.

Apakah pak Kyai melihat adanya potensi konflik Sunni-Syi’ah seperti di Sampang Madura?

Tidak terutup kemungkinan, kami kan sering datang menghadap ke berbagai pihak, sudah menghadap ke DPRD, kami direspon dengan baik, DPRD rencananya akan mengundang UIN Alaudin Maksar dalam hal rencana pemberian gelar doktor ilmu agama Islam kepada Jalaludin Rahmat yang merupakan tokoh Syi’ah, di mana pemberian gelar doktor ini bukan sekedar doktor honoris causa tetapi namanya program by research. Artinya kang Jalal itu mengadakan penelitian dan menulis selama 2 tahun kemudian diuji dan bisa mendapat gelar doktor dalam ilmu agama Islam.

Maka dari itu kami menolak dan kami sudah menghubungi sekian banyak ulama-ulama, mereka mendukung kami dalam sikap kami akan hal ini. Sikap kami itu adalah; meminta kepada UIN Alaudin Makasar kiranya tidak melanjutkan rencana ini, kalau tetap dilanjutkan kiranya Prof. Jalaludin Rahmat dihadapkan terlebih dahulu ke MUI Sulsel untuk mempertanggung jawabkan tulisan-tulisannya yang kami dapat dari buku-bukunya seperti Al Musthafa, Menuju Cinta Ilahi dan makalahnya, kami mendapati di situ sangat menusuk perasaan keagamaan kami.

Tulisan seperti apa yang menusuk perasaan keagamaan itu?

Umpamanya dia menulis bahwa Umar bin Khattab R.A. meragukan kenabian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat membantah Nabi, para sahabat merobah-robah agama dan sengaja mengemukakan dalil untuk menunjukkan bahwa sahabat itu murtad.

Ada juga pidatonya yang sempat kami dapatkan yang sangat menjelek-jelekan Aisyah R.A. dianggap bahwa Aisyah itu sangat pencemburu, sangat licik dan suka membuat makar.

Apa pak Kyai sudah melapor kepada instansi terkait?

Oh iya, pasti dong, kami juga bersama komponen masyarakat yang lain termasuk FPI, tapi UIN terus berperinsip bahwa ini adalah kebebasan akdemik yang tidak boleh diintervensi oleh siapa pun, lalu adalah hak Jalaludin Rahmat itu untuk mengikuti jenjang pendidikan sesuai dengan yang ia kehendaki karena itu adalah hak asasinya.

Sedang alasan kami bahwa di dalam ajaran Islam seseorang itu selalu diperhatikan apa latar belakangnya, bukan yang penting asal memenuhi syarat akademik. Jalaludin Rahmat yang sudah sangat mencela-cela para sahabat dan masih banyak lagi.

Selain itu apa bahaya paham Syi’ah bagi umat Islam?

Syi’ah ini dikenal sebagai golongan pembohong, sejak zaman Imam Syafi’i beliau sudah mewanti-wanti bahwa yang paling licik dan paling berani berdusta adalah golongan Syi’ah, itu terbukti dan Jalaludin Rahmat juga pembohong, kami sudah dapat buktinya.

Harapan apa yang ingin pak Kyai sampaikan?

Kami menghimbau supaya kaum muslimin ini menahan diri, sebab cara kita itu kan serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah. Maka cara-cara yang perlu kita lakukan adalah cara-cara dialog, artinya kita mengajak UIN dialog.

Kami berharap kiranya MUI Pusat bisa memfasilitasi, mempertemukan kami dengan UIN, UIN mengungkapkan alasannya kami juga mengungkapkan alasan, lalu diselesaikan dengan ukhuwah dan kemaslahatan umat.

Kami juga mengharapkan supaya MUI Pusat memberikan perhatian (tentang permasalahan Syi’ah, red) jangan didiamkan begitu, MUI Sulsel juga memberikan perhatian begitu juga pihak kejaksaan dan kepolisian, Departemen Agama Sulsel juga kami sudah melapor.

Jangan sampai terjadi baru mau bertindak, karena itu tidak terutup kemungkinan terjadinya kerusuhan di tengah masyarakat, sebab kami menganggap Jalaludin Rahmat itu sudah terlalu meresahkan.

Terima kasih atas waktunya pak Kyai, jazaakumullah khoiron, wassalamu’alaikum wr.wb. (Ahmed Widad)

Ketika Wanita Begitu Menggoda…

Allah ta’ala telah menganugerahkan kepada kaum wanita keindahan yang membuat kaum lelaki tertarik kepada mereka. Namun syariat yang suci ini tidak memperkenankan keindahan itu diobral seperti layaknya barang dagangan di etalase atau di emperan toko. Tapi kenyataan yang kita jumpai sekarang ini wanita justru menjadi sumber fitnah bagi laki-laki. Di jalan-jalan, di acara TV atau di VCD para wanita mengumbar aurat seenaknya bak kontes kecantikan yang melombakan keindahan tubuh, sehingga seolah-olah tidak ada siksa dan tidak kenal apa itu dosa. Benarlah sabda Rasulullah yang mulia dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, di mana beliau bersabda, “Tidak pernah kutinggalkan sepeninggalku godaan yang lebih besar bagi kaum lelaki daripada wanita.” (HR. Bukhari Muslim)

Ya, begitulah realitasnya, wanita menjadi sumber godaan yang telah banyak membuat lelaki bertekuk lutut dan terbenam dalam lumpur yang dibuat oleh syaitan untuk menenggelamkannya. Usaha-usaha untuk menggoda bisa secara halus, baik disadari maupun tidak, secara terang-terangan maupun berkedok seni. Tengoklah kisah Nabi Allah Yusuf ‘alaihis salam tatkala istri pembesar Mesir secara terang-terangan menggoda Beliau untuk diajak melakukan tindakan tidak pantas. Nabi Yusuf pun menolak dan berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukanku dengan baik.” (QS. Yusuf: 23)

Muhammad bin Ishaq menceritakan, As-Sirri pernah lewat di sebuah jalan di kota Mesir. Karena tahu dirinya menarik, wanita ini berkata,

“Aku akan menggoda lelaki ini.”

Maka wanita itu membuka wajahnya dan memperlihatkan dirinya di hadapan As-Sirri. Beliau lantas bertanya,

“Ada apa denganmu?”

Wanita itu berkata,

“Maukah anda merasakan kasur yang empuk dan kehidupan yang nikmat?”

Beliau malah kemudian melantunkan syair,

”Berapa banyak pencandu kemaksiatan yang mereguk kenikmatan dari wanita-wanita itu, namun akhirnya ia mati meninggalkan mereka untuk merasakan siksa yang nyata. Mereka menikmati kemaksiatan yang hanya sesaat, untuk merasakan bekas-bekasnya yang tak kunjung sirna. Wahai kejahatan, sesungguhnya Allah melihat dan mendengar hamba-Nya, dengan kehendak Dia pulalah kemaksiatan itu tertutupi jua.” (Roudhotul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, karya Ibnul Qayyim)

Perhatikanlah bagaimana Rasulullah telah mewanti-wanti kepada kita sekalian lewat sabda beliau, “Hati-hatilah pada dunia dan hati-hatilah pada wanita karena fitnah pertama bagi Bani Israil adalah karena wanita.” (HR. Muslim)

Kini, di era globalisasi, ketika arus informasi begitu deras mengalir, godaan begitu gampang masuk ke rumah-rumah kita. Cukup dengan membuka surat kabar dan majalah, atau dengan mengklik tombol remote control, godaan pun hadir di tengah-tengah kita tanpa permisi, menampilkan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok memamerkan aurat yang semestinya dijaga.

Lalu, sebagian muslimah ikut-ikutan terbawa oleh propaganda gaya hidup seperti ini. Pakaian kehormatan dilepas, diganti dengan pakaian-pakaian ketat yang membentuk lekuk tubuh, tanpa merasa risih. Godaan pun semakin kencang menerpa, dan pergaulan bebas menjadi hal biasa. Maka, kita perlu merenungkan dua bait syair yang diucapkan oleh Sufyan Ats-Tsauri:

“Kelezatan-kelezatan yang didapati seseorang dari yang haram, toh akan hilang juga, yang tinggal hanyalah aib dan kehinaan, segala kejahatan akan meninggalkan bekas-bekas buruk, sungguh tak ada kebaikan dalam kelezatan yang berakhir dengan siksaan dalam neraka.”

Seorang ulama yang masyhur, Ibnul Qayyim pun memberikan nasihat yang sangat berharga: “Allah Subhanahu wa ta’ala telah menjadikan mata itu sebagai cerminan hati. Apabila seorang hamba telah mampu meredam pandangan matanya, berarti hatinya telah mampu meredam gejolak syahwat dan ambisinya. Apabila matanya jelalatan, hatinya juga akan liar mengumbar syahwat…”

Wallahul Musta’an.

***

Penulis: Abu Harun Aminuddin
Artikel www.muslim.or.id

Kisah Seorang Wanita Pengikut Syiah di kota Bandung,

Kasus wanita berjilbab dari Wisma Fatimah di Jl. Alex Kawilarang 63 Bandung Jawa Barat yang mengidap penyakit kotor gonorhe (kencing nanah) akibat nikah mut’ah. Seperti dilaporkan oleh LPPI yang berkasnya disampaikan ke Kejaksaan Agung dan seluruh gubernur, mengutip ASA (Assabiqunal Awwalun) edisi 5, 1411H, hal. 44-47 dengan judul “ Pasien Terakhir “, seperti yang dimuat buku Mengapa Menolak Syi’ah halaman 270-273.

Berikut ini kisah selengkapnya:

Untuk kedua kalinya wanita itu pergi ke dokter Hanung, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin dikota Bandung. Sore itu ia datang sambil membawa hasil laboratorium seperti yang diperintahkan dokter dua hari sebelumnya. Sudah beberapa Minggu dia mengeluh merasa sakit pada waktu buang air kecil (drysuria) serta mengeluarkan cairan yang berlebihan dari vagina (vaginal discharge).~

Sore itu suasana di rumah dokter penuh dengan pasien. Seorang anak tampak menangis kesakitan karena luka dikakinya, kayaknya dia menderita Pioderma. Disebelahnya duduk seorang ibu yang sesekali menggaruk badannya karena gatal. Diujung kursi tampak seorang remaja putri melamun, merenungkan acne vulgaris (jerawat) yang ia alami.

Ketika wanita itu datang ia mendapat nomor terakhir. Ditunggunya satu persatu pasien berobat sampai tiba gilirannya. Ketika gilirannya tiba, dengan mengucapkan salam dia memasuki kamar periksa dokter Hanung. Kamar periksa itu cukup luas dan rapi. Sebuah tempat tidur pasien dengan penutup warna putih. Sebuah meja dokter yang bersih. Dipojok ruang sebuah wastafel untuk mencuci tangan setelah memeriksa pasien serta kotak yang berisi obat-obatan.

Sejenak dokter Hanung menatap pasiennya. Tidak seperti biasa, pasiennya ini adalah seorang wanita berjilbab rapat. Tidak ada yang kelihatan kecuali sepasang mata yang menyinarkan wajah duka. Setelah wawancara sebentar (anamnese) dokter Hanung membuka amplop hasil laboraturium yang dibawa pasiennya. Dokter Hanung terkejut melihat hasil laboraturium. Rasanya adalah hal yang mustahil. Ada rasa tidak percaya terhadap hal itu. Bagaimana mungkin orang berjilbab yang tentu saja menjaga kehormatannya terkena penyakit itu, penyakit yang hanya mengenai orang-orang yang sering berganti-ganti pasangan sexsual.

Dengan wajah tenang dokter Hanung melakukan anamnese lagi secara cermat.

+ “Saudari masih kuliah?”

- “Masih dok”

+ “Semester berapa?”

- “Semester tujuh dok!”

+ “Fakultasnya?”

- “Sospol”

+ “Jurusan komunikasi massa ya?”

Kali ini ganti pasien terakhir itu yang kaget. Dia mengangkat muka dan menatap dokter Hanung dari balik cadarnya.

- “Kok dokter tahu?”

+ “Aah,….tidak, hanya barangkali saja!”

Pembicaraan antara dokter Hanung dengan pasien terakhirnya itu akhirnya seakan-akan beralih dari masalah penyakit dan melebar kepada persoalan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah penyakit itu.

+ “Saudari memang penduduk Bandung ini atau dari luar kota?

Pasien terakhir itu nampaknya mulai merasa tidak enak dengan pertanyaan dokter yang mulai menyimpang dari masalah-masalah medis itu. Dengan jengkel dia menjawab.

- “Ada apa sih Dok…..kok tanya macam-macam?”

+ “Aah enggak,……..barangkali saja ada hubungannya dengan penyakit yang saudari derita!”

Pasien terakhir ini tampaknya semakin jengkel dengan pertanyaan dokter yang kesana-kemari itu. Dengan agak kesal dia menjawab.

- “Saya dari Pekalongan”

+ “Kost-nya?”

- “Wisma Fathimah, jalan Alex Kawilarang 63”

+ “Di kampus sering mengikuti kajian Islam yaa”

- “Ya,..kadang-kadang Dok!”

+ “Sering mengikuti kajian Bang Jalal?”

Sekali lagi pasien terakhir itu menatap dokter Hanung.

- “Bang Jalal siapa?”

Tanyanya dengan nada agak tinggi.

+ “Tentu saja Jalaluddin Rachmat! Di Bandung siapa lagi Bang Jalal selain dia….kalau di Yogya ada Bang Jalal Muksin”

- “Yaa,…….kadang-kadang saja saya ikut”

+ “Di Pekalongan,……(sambil seperti mengingat-ingat) kenal juga dengan Ahmad Baraqba?”

Pasien terakhir itu tampak semakin jengkel dengan pertanyaan-pertanyaan dokter yang semakin tidak mengarah itu. Tetapi justru dokter Hanung manggut-manggut dengan keterkejutan pasien terakhirnya. Dia menduga bahwa penelitian penyakit pasiennya itu hampir selesai. Akhirnya dengan suara yang penuh dengan tekanan dokter Hanung berkata.

- “Begini saudari, saya minta maaf atas pertanyaan-pertanyaan saya yang ngelantur tadi, sekarang tolong jawab pertanyaan saya dengan jujur demi untuk therapi penyakit yang saudari derita,…………..”

Sekarang ganti pasien terakhir itu yang mengangkat muka mendengar perkataan dokter Hanung. Dia seakan terbengong dengan pertanyaan apa yang akan dilontarkan oleh dokter yang memeriksanya kali ini.

+ “Sebenarnya saya amat terkejut dengan penyakit yang saudari derita, rasanya tidak mungkin seorang ukhti mengidap penyakit seperti ini”

- “Sakit apa dok?”

Pasien terakhir itu memotong kalimat dokter Hanung yang belum selesai dengan amat Penasaran.

+ “Melihat keluhan yang anda rasakan serta hasil laboraturium semuanya menyokong diagnosis gonorhe, penyakit yang disebabkan hubungan seksual”

Seperti disambar geledek perempuan berjilbab biru dan berhijab itu, pasien terakhir dokter Hanung sore itu berteriak,

- “Tidak mungkin!!!”

Dia lantas terduduk dikursi lemah seakan tak berdaya, mendengar keterangan dokter Hanung. Pandangan matanya kosong seakan kehilangan harapan dan bahkan seperti tidak punya semangat hidup lagi. Sementara itu pembantu dokter Hanung yang biasa mendaftar pasien yang akan berobat tampak mondar-mandir seperti ingin tahu apa yang terjadi. Tidak seperti biasanya dokter Hanung memeriksa pasien begitu lama seperti sore ini. Barangkali karena dia pasien terakhir sehingga merasa tidak terlalu tergesa-gesa maka pemeriksaannya berjalan agak lama. Tetapi kemudian dia terkejut mendengar jeritan pasien terakhir itu sehingga ia merasa ingin tahu apa yang terjadi.

Dokter Hanung dengan pengalamannya selama praktek tidak terlalu kaget dengan reaksi pasien terakhirnya sore itu. Hanya yang dia tidak habis pikir itu kenapa perempuan berjilbab rapat itu mengidap penyakit yang biasa menjangkit perempuan-perempuan rusak. Sudah dua pasien dia temukan akhir-akhir ini yang mengidap penyakit yang sama dan uniknya sama-sama mengenakan busana muslimah. Hanya yang pertama dahulu tidak mengenakan hijab penutup muka seperti pasien yang terakhirnya sore itu. Dulu pasien yang pernah mengidap penyakit yang seperti itu juga menggunakan pakaian muslimah, ketika didesak akhirnya dia mengatakan bahwa dirinya biasa kawin mut’ah.

Pasiennya yang dahulu itu telah terlibat jauh dengan pola pikir dan gerakan Syi’ah yang ada di Bandung ini. Dari pengalaman itu timbul pikirannya menanyakan macam-macam hal mengenai tokoh-tokoh Syi’ah yang pernah dia kenal di kota Kembang ini dan juga kebetulan mempunyai seorang teman dari Pekalongan yang menceritakan perkembangan gerakan syi’ah di Pekalongan. Beliau bermaksud untuk menyingkap tabir yang menyelimuti rahasia perempuan yang ada didepannya sore itu.

+ “Bagaimana saudari… penyakit yang anda derita ini tidak mengenai kecuali orang-orang yang biasa berganti-ganti pasangan seks. Rasanya ini tidak mungkin terjadi pada seorang muslimah seperti anda. Kalau itu masa lalu anda baiklah saya memahami dan semoga dapat sembuh, bertaubatlah kepada Allah,….atau mungkin ada kemungkinan yang lain,…?”

Pertanyaan dokter Hanung itu telah membuat pasien terakhirnya mengangkat muka sejenak, lalu menunduk lagi seperti tidak memiliki cukup kekuatan lagi untuk berkata-kata. Dokter Hanung dengan sabar menanti jawaban pasien terakhirnya sore itu.

Beliau beranjak dari kursi memanggil pembantunya agar mengemasi peralatan untuk segera tutup setelah selesai menangani pasien terakhirnya itu.

- “Saya tidak percaya dengan perkataan dokter tentang penyakit saya !” Katanya terbata-bata

+ “Terserah saudari,…….tetapi toh anda tidak dapat memungkiri kenyataan yang anda sandang-kan?”

- “Tetapi bagaimana mungkin mengidap penyakit laknat tersebut sedangkan saya selalu berada didalam suasana hidup yang taat kepada hukum Allah?”

+ “Sayapun berprasangka baik demikian terhadap diri anda,….tetapi kenyataan yang anda hadapi itu tidak dapat dipungkiri?”

Sejenak dokter dan pasien itu terdiam. Ruang periksa itu sepi. Kemudian terdengar suara dari pintu yang dibuka pembantu dokter yang mengemasi barang-barang peralatan administrasi pendaftaran pasien. Pembantu dokter itu lantas keluar lagi dengan wajah penuh tanda tanya mengetahui dokter Hanung yang menunggui pasiennya itu.

+ “Cobalah introspeksi diri lagi, barangkali ada yang salah,…….. sebab secara medis tidak mungkin seseorang mengidap penyakit ini kecuali dari sebab tersebut”

- “Tidak dokter,…….selama ini saya benar-benar hidup secara baik menurut tuntunan syari’at Islam,…..saya tetap tidak percaya dengan analisa dokter”

Dokter Hanung mengerutkan keningnya mendengar jawaban pasiennya. Dia tidak merasa sakit hati dengan perkataan pasiennya yang berulang kali mengatakan tidak percaya dengan analisisnya. Untuk apa marah kepada orang sakit. Paling juga hanya menambah parah penyakitnya saja, dan lagi analisanya toh tidak menjadi salah hanya karena disalahkan oleh pasiennya. Dengan penuh kearifan dokter itu bertanya lagi,……..

+ “Barangkali anda biasa kawin mut’ah??

Pasien terakhir itu mengangkat muka,

- “Iya dokter! Apa maksud dokter”?

+ “Itu kan berarti anda sering kali ganti pasangan seks secara bebas!

- “Lho,… tapi itukan benar menurut syari’at Islam dok! Pasien itu membela diri.

+ “Ooo,…Jadi begitu,…kalau dari tadi anda mengatakan begitu saya tidak bersusah payah mengungkapkan penyakit anda. Tegasnya anda ini pengikut ajaran Syi’ah yang bebas berganti-ganti pasangan mut’ah semau anda. Ya itulah petualangan seks yang anda lakukan. Hentikan itu kalau anda ingin selamat”.

- “Bagaimana dokter ini, saya kan hidup secara benar menurut syari’at Islam sesuai dengan keyakinan saya, dokter malah melarang saya dengan dalih-dalih medis”

Sampai disini dokter Hanung terdiam. Sepasang giginya terkatup rapat dan dari wajahnya terpancar kemarahan yang sangat terhadap perkataan pasiennya yang tidak mempunyai aturan itu. Kemudian keluarlah perkataan yang berat penuh tekanan.

+ “Terserah apa kata saudari membela diri,… anda lanjutkan petualangan seks anda, dengan resiko anda akan berkubang dengan penyakit kelamin yang sangat mengerikan itu, dan sangat boleh jadi pada suatu tingkat nanti anda akan mengidap penyakit AIDS yang sangat mengerikan itu,…atau anda hentikan dan bertaubat kepada Allah dari mengikuti ajaran bejat itu kalau anda menghendaki kesembuhan”.

- “Ma..maaf, Dok, saya telah membuat dokter tersinggung!”

Dokter Hanung hanya mengangguk menjawab perkataan pasiennya yang terbata-bata itu.

+ “Begini saudari,…tidak ada gunanya resep saya berikan kepada anda kalau toh tidak berhenti dari praktek kehidupan yang selama ini anda jalani. Dan semua dokter yang anda datangi pasti akan bersikap sama,… sebab itu terserah kepada saudari. Saya tidak bersedia memberikan resep kalau toh anda tidak mau berhenti”.

- “Ba…baik , Dok, …Insya Allah akan saya hentikan!”

Dokter Hanung segera menuliskan resep untuk pasien terakhir itu, kemudian menyodorkan kepadanya.

- “Berapa Dok?”

+ “Tak usahlah,….saya sudah amat bersyukur kalau anda mau menghentikan cara hidup binatang itu dan kembali kepada cara hidup yang benar menurut tuntunan dari Rosulullah. Saya relakan itu untuk membeli resep saja”.

Pasien terakhir dokter Hanung itu tersipu-sipu mendengar jawaban dokter Hanung

- “Terima kasih Dok,…….permisi”

Perempuan itu kembali melangkah satu-satu dipelataran rumah Dokter Hanung. Ia berjalan keluar teras dekat bougenvil biru yang seakan menyatu dengan warna jilbabnya. Sampai digerbang dia menoleh sekali lagi ke teras, kemudian hilang ditelan keramaian kota Bandung yang telah mulai temaran disore itu

( sumber : Syiahindonesia.com

Membela Sunnah, Menolak Syiah)

6. Belajar lah dari seorang steven Gerard ikhwan…



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kita bermunajat syukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikanNya kepada kita.
Dan shalawat dan salam senantiasa tetap tercurah kepada Nabi Muhammad shallahu Alaihi wa sallam,kepada keluarga beliau,shahabat beliau dan kepada kita semua .Amma ba’du.

Ikhwani yang dimuliakan Allah.
Kita tahu bersama ikhwani, bahwa pada tahun 2005 tepatnya di salah satu stadium di yunani telah dilakukan kegiatan akbar yaitu final liga Champions. Ya, klub asal ibukota London, Inggris yakni Liverpool bersua klub Asal kota pizza ,Italia yakni AC MILAN pada laga final Liga Champion.

Ikhwani yang dimuliakan Allah.
Kita juga tahu pada awal-awal babak pertama Liverpool sulit untuk mengembangkan permainannya, sehingga tiga gol tanpa balas dibabak pertama bersarang dibawah mistar gawang Liverpool. Namun,ikhwani.Setelah dilakukan sedikit perubahan strategi di kubu Liverpool maka selang beberapa saat setelah turun minum , Liverpool pun dapat memecah kebuntuan. Lewat sundulan kepala sang kapten, Steven Gerard. Liverpool mampu mengejar sampai akhirnya gol yang tercipta sampai tiga buah,sama kuat.

Dan akhirnya,drama adu penalty pun tidak bisa dielakkan. Tentunya dengan semangat yang berbeda antara Liverpool dan AC Milan, kedua tim pun akhirnya melakukan Adu penalty. Dan singkat cerita. Akhirnya, Liverpool menang atas AC MILAN.

Ikhwani yang dimuliakan Allah…
Tentulah ada pelajaran besar yang dapat kita ambil dari peristiwa akbar ini.Bahwa dalam kemenangan besar ini tidak terlepas dari peranan sang Mildfielder Steven Gerarad. Ada apa dengan Steven Gerard ??? Ternyata,di sepanjang laga ketika Liverpool tertinggal 3 – 0 Gerard selalu memberikan motivasi kepada rekan-rekan untuk membuat gol balasan. Dan alhasil,liverpooll menyamakan kedudukan 3 – 3. Padahal kalau ingin dilihat dari segi permainan dari stev.Gerard maka biasa – biasa saja.

Ikhwani yang dimuliakan Allah…
Kalau kita teliti lebih dalam ternyata, Steven Gerard memiliki satu kelebihan yaitu dapat memberikan motivasi dan solusi kepada rekan-rekan nya ketika Liverpool tertinggal 3 – 0 dari AC MILAN.
Sebagaimana Steven Gerard , maka seorang da’i (Mujahid kampus), ikhwani pun tentu perlu harus memiliki solusi-solusi terhadap permasalahan dakwah di lingkungannya (dalam hal ini di kampus Unhas). Terlebih lagi,ikhwan tersebut adalah seorang koordinator. Maka,fungsi dan peran seorang koordinator pun sangat sentral. Kenapa? Karena seorang koordinator ibarat induk mesin yang apabila ia mati maka fungsi dari mesin - mesin yang ada disekelilingnya pun akan mati. Olehnya,koordiator pun dituntut agar tetap “panas”(bukan marah-marah) agar bisa menularkan panas tersebut kepada orang-orang yang ada disekelilingnya.

Ikhwani yang dimuliakan Allah…
Perkara-perkara dakwah adalah perkara yang mulia. Kalau kita ingin melihat sedikit ke belakang,maka perkara-perkara dakwah adalah perkara yang disematkan kepada orang-orang yang dimuliakan oleh Allah,para An biya,para Khulafaurrasyidiin. Dan kalaulah kita ingin melihat siapa diri kita maka betapa tidak pantasnya kita untuk mengemban amanah dakwah ini sebab perkara Agama ini adalah perkara-perkara yang mulia.Dan ,ikhwani.Ternyata Allah memilih kita dari sekian banyak mahasiswa yang ada di unhas untuk mengemban tugas tersebut.

Ikhwani yang dimuliakan Allah…
Adakah pemain bola yang ketika ia dikontrak oleh suatu klub bola maka ia akan rela untu menjadi pemain cadangan ??? Tentulah ikhwani kita akan sepakat bahwa tidak mungkin ada hal seperti ini. Dan lain halnya ketika ada seseorang yang dikontrak dengan bayaran yang tinggi,kira – kira apa yang akan dilakukan ??? Tentulah ,ia akan mengeluarkan segenap kemampuannya untuk memberikan kontribusi positif bagi klub yang mengontraknya. Dan yang pasti ia tidak akan mungkin mau untuk menjadi pemain cadangan (penonton). Sebagaimana bola tadi ikhwan, maka seperti itu juga dengan dakwah. Ketika Allah mengontrak kita (dengan memberikan kepahaman Agama) maka sepantasnya lah kita ingin memberikan kontribusi positif dalam perjuangan Agama ini. Dan pastinya,kita tidak ingin hanya bisa menjadi penonton ketika para ikhwan dan Akhawat bercapek-capek dan berlelah-lelah dalam melakukan kegiatan-kegiatan Agama.

Dalam surah Al Insan ayat ke 29 sampai dengan 30,Allah berkalam:

29. Sesungguhnya (ayat-ayat) Ini adalah suatu peringatan, Maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya.
30. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dan pastilah kita yakin akan adanya balasan Allah terhadap kontribusi kita dalam perjuangan Agama ini berupa surga Allah yang kita senantiasa berharap dapat meraihnya.
Allah juga berkalam:

30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu".


Ikhwani yang dimuliakan Allah…
Namun,dalam perjalanan dakwah ini tentunya sangat panjang dan berliku.Olehnya,dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi dalam menapakinya.Terkadang kita akan dihadapkan dengan sikap sesama ikhwan yang barangkali sangat membuat kita jengkel ataupun akan memberikan buruk sangka kepada ikhwan tersebut. Namun,Allah menegur kita ikhwani .Allah berkalam :

28. Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.

Dan Allah pun menguatkan kita dalam surah Ali Imran ayat 200

200. Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

Bayangkan Ikhwan, Allah dalam ayat ini menegaskan bahwa kita harus benar-benar bersabar dalam mengemban amanah-amanah dakwah. Ini bertanda bahwa,orang –orang yang terpilih sebagai seorang da’i harus memiliki kesabaran tingkat tinggi (tentunya berbeda dengan khayalan tingkat tinggi peterpan). Artinya apa ? memang amanah dakwah, pekerjaan – pekerjaan dakwah bukanlah perkara atau pekerjaan yang disematkan atau dialamatkan untuk sembarang orang. Melainkan,ia adalah perkara atau pekerjaan yang tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mencicipinya. Olehnya,bergembiralah ikhwani ketika amanah-amanah dakwah datang menyapa kita. Dan berikanlah terhadap Agama ini apa yang bisa kita berikan ,dan jangan lah pernah menghitung apa yang telah kita berikan terhadap agama ini.Sebab mengapa ? Sebab,ketika Allah subhanahu wa ta ‘ala tidak pernah menghitung-hitung apa yang Dia berikan kepada kita.

Seharusnya,ikhwani.
Kita lah yang mesti mengistrospeksi diri kita, siapa sebenarnya kita. Untuk apa kita diadakan oleh Allah di muka bumi ini. Dan kemana kita akan melangkah ketika kita telah meninggalkan dunia ini.

36. Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam.
37. Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan bumi, dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.



Demikian Ikhwani,
Apa yang bisa kami sampaikan.Dan kami berharap kepada Allah semoga dengan tulisan singkat ini bisa memberikan hal yang bermanfaat kepada Ikhan sekalian.
Subhanakallahumma wa bihamdika.Asyhadu Allah ilaha illa anta.Astagfiruka wa atubu ilaika.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

By ZULFAJAR MATH‘08 MIPA UNHAS




4. Eksistensi Hidup di Dunia

Oleh : Ibnu Hasan

Saudaraku,
jauh sebelum eksistensi kita terdefenisi adalah saat dimana kita tidak menyadari, tidak berfikir dan tidak pernah bertanya “Siapa saya, dimana ini ?”, saat kita tidak menyadari kenapa terpilih dan terlahir di dunia?. Kini, setelah tumbuh dan beranjak dewasa, ilmu pengetahuan pun bertambah, eksistensi diri kian jelas.
Sayangnya sedikit diantara kita yang hendak menyelami, bertanya dan mengkaji
kembali,
“Dimana saya sebelumnya ?”,
“Kenapa saya mesti ada di dunia ini dan untuk apa?”
“Akan kemana setelah hidup ini ?”
Yah, ketidak pekaan mencari, bertanya dan mengetahui hal itu berujung pada sikap mengambil langkah yang salah dalam menindaki hidup yang sangat singkat dan sementara ini.

Benarlah perkataan sebagian ulama, mereka yang selalu mentadabburi ayat-ayat Allah dan hadits Rasul-Nya yang mulia akan semakin tawadhu dalam hidup. Sebaliknya mereka yang hanya senang dengan pembicaraan seputar filsafat terlihat acuh dalam bersikap, tampak sombong dan senang aktualisasi diri alias pamer diri. Betapa tidak, kalau ayat-ayat dan hadits-hadits Rasul-Nya akan menjawab segala permasalahan eksistensi diri seseorang, “Dari mana, untuk apa dan akan kemana ?”, maka filsafat akan bertanya “Mengapa... mengapa... mengapa... dan mengapa?”, menjadikan seseorang (para pengkajinya) mengharap orang lain mengacungkan jempol padanya lalu mengatakan, “Hebat!, retorika kamu hebat!, alur berpikirmu sistematis dan masuk akal.”

Saudaraku dengan keterbatasan ilmu dan kesederhanaan berfikir, kami ingin berbagi sedikit pengalaman, mengkorelasikan ketiga pertanyaan di atas dan menuangkannya dalam tulisan ini. Mari kita mulai!

 Ketika di Alam Arwah, Ruh kita (ruh seluruh manusia dari awal hingga akhir) diambil kesaksiannya oleh Allah sebagaimana Ia kisahkan dalam Qalam-Nya Surah Al-A’raaf ayat 172,

“Bukankah Aku ini Tuhanmu?",

saat itu dengan tanpa keraguan kita (para ruh) menjawab:

"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".

Tahukah Saudara ? Allah mewanti-wanti dengan pertanyaan singkat terselubung amanah dan tanggung jawab yang besar itu, agar di hari kiamat kelak kita tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. Atau berdalih, “Kami telah mendapati bapak-bapak kami menyekutukan-Mu. Kami hanyalah generasi yang terlahir setelah mereka. Apakah kami akan dihukum sebab kesalahan orang-orang sebelum kami?". Nah, dengan kesaksian itulah, Allah melalui perantaraan malaikat Rahmat-Nya, meniupkan Ruh ciptaan-Nya itu ke dalam rahim ibu ketika usia kandungan empat bulan sepuluh hari.

 Sekarang mari garis bawahi statement ini baik-baik, ”Alam Rahim adalah Alam Penyempurnaan Jasad” apakah terdengar berlebihan ????
Tentu tidak, demikian itulah kebenarannya. Allah sendiri yang mengabarkannya dalam surah As-Sajdah ayat 9 berbunyi,

”Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.

Alam rahim adalah alam dimana jasad kita disempurnakan oleh Allah, organ-organ dalam dan luar tubuh diciptakan.

 Hal yang sangat perlu dikaji bersama adalah sekiranya bayi yang masih dalam rahim itu bisa berfikir atau bernalar dan mengedepankan akal, tentulah ia akan protes kepada Allah, misalnya dengan mengatakan,

”Ya Allah!!!, untuk apa Engkau beri aku kedua tangan, kedua kaki, untuk apa mata ini, telinga ini, untuk apa???!!!” ...

”Ya Allah!!!, kenapa bukan Ari-ariku saja yang diperbanyak, agar suplay makanan lebih banyak masuk ke tubuhku, kenapa?!!!”,

sepintas kedengarannya benar, dalam tiga kegelapan itu bayi memang lebih membutuhkan ari-ari ketimbang tangan, kaki, mata, telinga, dan organ-organ tubuh lainnya.

Allah yang menciptakan, dan Allah pula yang lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Sebagaimana penggalan surah Al-baqarah ayat 30, Allah berqalam,

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Ilmu dan pengetahuan Allah meliputi segala rahasia di langit dan di bumi. Memang kala itu (dalam rahim), kita belum menyadari pentingnya alat-alat indera yang diberikan Allah dengan kemurahan-Nya, tapi tidak berarti kita tidak membutuhkannya.

Lihatlah ketika bayi itu lahir dipermukaan bumi dengan taruhan nyawa sang ibu. Perhatikan apa yang diputuskan oleh bidan, perawat atau dokter dari perut sang bayi yang mungil itu!. tidak salah lagi, ari-ari yang menjadi satu-satunya alat suplay makanan bagi bayi di dalam perut Ibu, ari-ari yang sangat diharapakannya dahulu untuk bisa diperbanyak, ternyata dialah yang harus diputuskan pertama kali setelah berpindahnya bayi dari alam rahim ke Alam syahadah ( Dunia ). Dan kini sadarlah bayi itu setelah beranjak dewasa betapa pentingnya tangan, betapa pentingnya kaki, mata, telinga dan indera-indera lainnya. Dan bersyukurlah dia karena Allah menyempurnakan jasadnya di alam rahim dulu.

 Saudaraku, sekiranya di dalam rahim Allah menakdirkan pembentukan jasad bayi tidak sempurna (cacat). Maka , ia akan terlahir dalam keadaan cacat bukan?. Tahukah engkau wahai saudaraku bagaimana perihal orang yang cacat itu?!!!! Sekiranya mereka yang cacat itu mengadu dan meminta kepada Allah. Sekalipun dengan tangisan darah agar Allah berkenan mengembalikan ia ke dalam rahim supaya jasadnya yang cacat itu bisa disempurnakan, apakah akan terjadi?!!!. Tidak!. Itu tidak akan mungkin dan tidak akan pernah terjadi.

Kalau sekarang kita sepakat bahwa Alam Rahim Adalah Alam Penyempurnaan Jasad, lantas Alam dunia ini kita sebut alam apa???!!!

 Saudaraku, Perjalanan seribu mil atau sejauh apapun untuk sebuah kesuksesan, berawal dari satu langkah. Tetapi memastikan langkah yang pertama itu benar atau salah, butuh pendefenisian yang jelas tentang kesuksesan itu sendiri. Tentang keberadaaan hidup di dunia ini tidak bisa tidak, harus jelas dia alam apa?

Benar atau salah dalam pendefenisian tentangnya, akan sangat berpengaruh dalam mengawali langkah hidup di atasnya. Ini penting, sebab kesempatan hidup
di dunia ini hanya sekali, tidak dua kali.

 Nah sekarang mari kita tela’ah, bagaimana Allah pencipta dan pemilik dunia ini menyebut tentangnya (dunia). Misalnya, dalam Q.S.Al-Mu’min (40) ayat 39 berbunyi,

”..... sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.”

Juga terdapat dalam Q.S Al-An’am (6) ayat 32 yaitu,

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa.Maka tidakkah kamu memahaminya?”

Masih banyak ayat yang senada dengan itu, melangkahlah mendekati mushaf Al-Qur’an! periksalah Q.S.Al-An’am:70; Q.S.Al-A’raf :51; Q.S. Al-Ankabuut:64; Q.S.Muhammad:36. Pada intinya dunia tempat kaki kita berpijak sekarang ini bukanlah kehidupan yang sebenarnya. Segala harta yang dikumpulkan, rumah yang dibangun, kedudukan yang diraih dengan simbah peluh berkuah keringat, memiliki akhir. Kesenangan dan kesedihan, kebahagiaan dan kesengsaraan, kelapangan dan kemiskinan, kesuksesan dan kegagalan, kesusahan dan kemudahan dipergilirkan bagi setiap manusia sebagaimana Allah mempergilirkan malam dan siang. Tiada keabadian di dalamnya.

Mari bandingkan dengan ayat ini (Q.S Az-Zukhruf(43) :35),

”Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia …..”,

dan baca juga ayat sebelumnya ayat 32,
”Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,…”.

Apa yang bisa kita simpulkan?!!, ini namanya TA’AMMUL AYAT. Paling tidak, pemahaman kita sekarang tentang dunia sedikit tercerahkan bahwa Allah menciptakan dunia ini untuk manusia. Tetapi Allah tidak menciptakan manusia untuk dunia. Kalau demikian, Dunia ini adalah keperluan hidup tapi sekali-kali dunia bukan tujuan hidup. Persis dengan kondisi kita yang butuh WC untuk suatu keperluan, tapi adakah yang mau berlama-lama di dalam WC ?!!!

 Semoga saja saya tidak terburu-buru menarik kesimpulan dan memaksa saudara menyepakati bahwa Alam Dunia ini adalah Alam Penyempurnaan Iman dan Amal. Setelah kita mengenal sifat dunia dari Al-khalik yang mensifatinya, masihkah kita diliputi keragauan untuk menyetujui statement di atas.

Saudaraku,
menurutmu kenapa Fir’aun, Qarun, Hammam, Ubay bin khalaf dilaknat di dunia dan di akhirat ?.Sebaliknya, kenapa bilal bin Rabah, ’Ammar bin Yasir, Khabbab bin Arats di muliakan di dunia dan di akhirat ?, kenapa ?!!! saya beharap saudara mengenal tokoh-tokoh yang saya sebutkan itu.

Tidak diragukan lagi, Fir’aun, Qarun, Hammam, Ubay bin khalaf mereka dilaknat bukan karena ketidakberhasilan mereka meraih kekuasaan, mengumpulkan kekayaan, dekat dengan penguasa, atau karena tidak berhasil dalam bisnis.

Mereka dilaknat di dunia dan di Akhirat karena cinta berlebihan terhadap dunia dan perhiasannya, tidak bersegera menyambut seruan Rasul, dengan kata lain tidak ingin memperbaiki lalu menyempurnakan Iman dan Amalnya sebagai bekal perjalanan di alam selanjutnya. Siapa yang tidak kenal Fir’aun? Yang memiliki kedudukan tinggi di mata rakyatnya, saking tingginya dia berani mengatakan ”Ana Rabbukumul A’laa” (sayalah tuhan kalian yang paling tinggi) lihat Q.S.79:24 .

Siapa yang tidak kenal Qarun? Yang berhasil mengumpulkan harta yang begitu berlimpah ruah, bahkan belum ada manusia setelahnya hingga sekarang ini, yang menandingi banyaknya harta yang dimilikinya. tetapi kesombongan merasuk kuat ke dalam dadanya. Ia enggan berinfak dan bersedekah di jalan Allah, karena dikiranya nikmat itu, murni atas jerih payahnya sendiri, padahal Allah berqalam,

”Wamaa bikum min ni’matin faminallahi” (Dan apa saja nikmat yang ada padamu, datang dari Allah) lihat Q.S.16:53.

Begitupula Hammam yang menolak kebenaran Nabi Musa a.s karena ingin mencari muka di depan Fir’aun dan ia pun mendapatkannya. Lain lagi dengan Ubay bin khalaf L.a yang mendapat kesempatan hidup di masa nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, namun lebih memilih untuk larut dalam bisnis dan perdagangan bahkan bersumpah akan membunuh Nabi, ketimbang memilih untuk membenarkan dan membela apa yang diserukan oleh beliau yang mulia. Sekali lagi mereka adalah tokoh yang pernah berkesempatan lahir di muka bumi namun gagal memahami eksistensi hidup, tak tahu arti tujuan hidup, hingga ia pun memasuki alam setelah dunia ini dalam Kondisi Cacat Iman Dan Amalnya.

 Adapun tokoh-tokoh yang kami sebutkan semisal bilal bin Rabah, ’Ammar bin Yasir, Khabbab bin Arats, adalah budak yang jangankan harta atau kedudukan, diri mereka sendiri tidak mereka miliki. Diri mereka adalah milik majikan yang membelinya. Sehingga sudah tabiat mereka untuk menyenangkan majikan dalam ucapan dan perbuatan mereka. Namun tidak, ketika islam merasuk kuat dalam dadanya, mereka harus berani melawan majikan yang hendak mengeluarkan dan memisahkan Islam di hati mereka. Apapun konsekuensinya, sekalipun nyawa harus melayang. Sub’haanallah, itulah mereka yang berhasil menyempurnakan Iman dan amalnya di dunia hingga kemuliaan pun datang pada mereka di dunia dan di Akhirat.

 Saudaraku, sungguh kehidupan di dunia ini hanyalah kumpulan hari-hari, setiap hari akan berlalu lalu berganti dengan hari yang baru sampai jatah hari yang diberikan Allah untuk mendiami dunia ini berakhir. Itulah kematian, ketetapan Allah yang pasti akan kita temui, siap atau tidak. Marilah kembali merenungi penggalan ayat Allah, tertera dalam Q.S. nuh (71) ayat yang ke 4, ”.... Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui” .

Ya, kematian tidak akan bisa diundur walau hanya sepersekian detik. Saudaraku,
bukanlah kematian itu yang menjadi permasalahan kita disini melainkan
sempurna ataukah tidak iman dan amal kita saat itu.

 Sekiranya, kita termasuk mereka yang meninggalkan dunia ini dalam keadaan cacat iman dan amal maka penyesalan demi penyesalan akan jelas terlihat di wajah ketika Allah memandang dengan pandangan murka, permohonan ampun penuh harap pun tak terhitung berapa kali terucap di bibir kita. Coba renungkan ayat ini Surah As Sajdah (32) ayat 12,

” Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin." .

Saat itu kita menyadari dengan sebenar-benar kesadaran betapa kedudukan yang
kita upayakan, kekuasaan yang kita raih, harta yang dikumpulkan serta perhiasan dunia lainnya yang kita kejar selama ini, yang kita sangka dapat memberi kebahagiaan justru semua itu akan diputuskan pertama kali saat kaki tak lagi bisa berpijak di bumi selamanya. iman dan amal shalih yang dulunya kita tidak besungguh-sungguh terhadapnya, sebaliknya kita malah memandang sebagai penghalang urusan dunia, justru dialah yang mampu mengundang rahmat dan kasih sayang Allah di akhirat, dialah kebahagiaan sejati. Kitapun meminta kepada Allah agar dikembalikan ke dunia walau sesaat saja agar kita bisa menyempurnakan keimanan dan amal shalih yang telah dialalaikan.Lantas bagaimana Allah menanggapi permintaan itu,

”Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja”
(Q.S.23:100).

Saudaraku, ketahuilah sekalipun tangisan darah yang harus keluar dari kedua mata meminta hal itu maka Allah tidak akan mengabulkannya sebagaimana bayi yang lahir cacat takkan mungkin kembali ke rahim, maka manusia yang cacat Iman dan amal tidak akan mungkin kembali ke dunia.
 Sauadaraku, hidup di dunia ini singkat dan sementara, namun sangat menentukan
apakah kita bahagia atau tidak di akhirat kelak. Sebagai penutup tulisan yang sederhana ini aku berpesan pada diri sendiri dan saudara yang membaca tulisan ini,

”Musibah terbesar bukanlah kehilangan harta dan perhiasan dunia, bukan pula karena kedudukan yang tak mampu di raih. Tapi...,Musibah terbesar adalah matinya suara hati yang menjadi penyebab jauhnya jiwa dari dzikir kepada Allah
Azza Wa Jalla.”

Nah saudara-saudaraku, besar harapan semoga tulisan ini berdampak kebaikan bagi kami yang menuliskannya, tentu kebaikan pula bagi yang membacanya namun yang terbaik diantara kita adalah mereka yang mampu mengamalkannya. Jangan lupa Kunjungi terus alamat kami di : duniamujahid.bolgspot.com lalu kirim kritik, usulan, saran atau tulisan anda di e-mail kami duniamujahid@yahoo.co.id. Barakallahu Fiikum.


3. KABAR (KALA HATI BICARA)

Oleh : Ibnu Hasan

Jam yang berada di lantai itu tepat mengarah padaku. Di wajahnya terlihat angka satu lewat dua puluh empat menit. Sebelum Allah mengizinkan mata ini terpejam di penghujung malam, tiba-tiba saja muncul keinginan yang besar untuk bertanya pada diri sendiri.
Benarkah aku mencintai Allah??
Benarkah aku mencintai Rasul-Nya??
Benarkah aku mencintai Perintah Allah???
Benarkah aku ingin melihat dakwah islam ini berkembang dan tersebar di Unhas
khususnya???
Benarkah aku merindukan kader atau generasi yang teramat sadar akan eksistensinya dan bersedia mempermalukan diri dan wajahnya demi tegaknya agama Allah ketika banyak manusia yang justru mencelanya ???
Apakah benar aku takut pada fitnah ???
Apakah benar aku tidak ridho melihat ikhwan atau akhawat terjatuh dalam penyakit futur sindrom ( jangan diartikan sindrom masa depan) awal mala petaka???
Apakah benar keinginanku mempersembahkan prestasi yang terbaik kepada Allah, dan kepada keluarga esok hari bila saatnya telah tiba???
Benarkah aku menginginkan pengetahuan dan wawasan yang luas ???
Dan benarkah aku berharap sesuatu yang positif, ini dan itu ???
Tiba-tiba saja aku mendengar suara hatiku yang paling dalam seakan berteriak
“ya, ya, ya, yaaaaa...!!!”
Lantas mengapa engkau masih saja tidur dalam ketidak-sadaranmu wahai diri???!!!
Mengapa engkau tidak segera bangun dan berbenah diri ???!!!
Dan mengapa engkau masih saja membiasakan diri melalaikan dzikir pagi dan petang ?,
mengapa ???!!!!
Bukankah ilmu lewat Tarbiyah yang telah kau pelajari memberitahukan padamu bahwa DZIKIR PAGI DAN PETANG adalah kekuatan yang dahsyat bagi ruh dan jiwamu???!!!

Mengapa sholat yang diwajibkan Allah kepadamu mulai engkau lalaikan waktunya ??? Dan mengapa pula perkara yang sunnah pun tidak lagi jiwamu bersemangat dalam meraihnya, mengapa ???!!!

Sebegitu penting dan berhargakah kesibukanmu hingga engkau tak cukup mampu
menyisihkan waktu dari dua puluh empat jam itu untuk membaca dan mentadabburi beberapa ayat saja dari Al-Qur’an yang sudah seharusnya menjadi pedoman hidupmu untuk kau rutinkan setiap harinya???

Mengapa dirimu masih saja terobsesi merindukan pujian dan sanjungan dari mahluk yang bernama manusia sedangkan apa-apa yang membuat Allah memujimu, engkau
abaikan???!!!

Begitu banyak majelis-majelis kebaikan atau lebih tepat disebut majelis ilmu disamping kiri dan kananmu, terlihat oleh matamu, terdengar oleh telingamu, namun mengapa engkau masih saja membuang muka darinya seakan engkau tidak butuh bekal untuk perjalanan akhiratmu, mengapa???!!!

Lantas, mengapa..., mengapa..., dan mengapa itu semua terlakoni oleh jiwamu yang lemah ???!!!

Ya “Rabb”, kepada siapa lagi hamba mengadukan kelemahan hamba bila bukan
pada-Mu. Kepada siapa lagi hamba utarakan masalah-masalah yang tengah hamba hadapi jika engkau meninggalkan hamba. “Rabb”, Hamba bingung sejadi-jadinya.

Entah mengapa amalan hamba semakin melemah pada-Mu, belum lagi dipikiran hamba saat ini dihantui oleh keberadaan organisasi/lembaga yang ingin eksis di kampus tempat hamba mendulang ilmu dan faedah namun hamba tidak ridho dengannya karena hamba melihat ada kesalahan dalam metode pergerakannya, penyimpangan dalam aktualisasinya jauh dan sangat jauh dari prinsip islam yang benar. Itu berarti hamba sangat ingin melihat dakwah islam yang diperjuangkan oleh manhaj yang benar, stabil dan terus eksis di bumi kampus, bumi tempat kakiku berpijak beberapa tahun. Namun pikiran hamba yang lain terusik oleh keinginan untuk segera fokus pada penyelesaian study di kampus, dan sampai hari ini hamba belum melaksanakan beberapa ujian untuk meraih gelar sarjana karena beberapa kegiatan dakwah. Ya Allah apa yang terbaik hamba lakukan menurut Ilmu Engkau yang luas tiada bertepi ???

Engkau adalah Rabb, yang jiwaku berada dalam genggaman-Mu. Aku yakin dengan sebenar keyakinanku pada-Mu bahwa Engkau Maha Menatap dan Maha Mengetahui apa yang dikerjakan hamba-Mu. Tidak ada yang sulit dalam pandangan-Mu, tidak ada yang berat dalam kekuasaan-Mu. Karena itulah hamba mengeluh dan mengadu pada-Mu, izinkan Hamba meraih prestasi yang terbaik di dunia dan di akhirat. Izinkan hamba menyelesaikan study dengan baik pada waktu yang Engkau tentukan, mudahkanlah urusan hamba untuk sampai pada tujuan itu ya Rabb. Juga kuminta pada-Mu, luaskanlah wawasan, ilmu dan pengetahuanku baik dunia terutama di akhirat. Tanamkanlah kesadaran yang sesadar-sadarnya bahwa hamba yang Engkau amanahkan sebagai bagian dari pengurus dakwah di kampus sudah seharusnya menjadi orang yang bisa diteladani.

Hamba yang Engkau amanahkan sebagai salah satu pengurus kerohanian di salah satu fakultas, sudah seharusnya memperhatikan jumlah kader dan potensi yang dimilikinya demi eksisnya dakwah ahlusunnah wal jamaah di fakultas tersebut.

Sebagai pengurus sudah seharusnya banyak bergerak, aktif, optimis dan tidak pesimis. Ya Allah, berilah hamba selalu kekuatan untuk menjaga ketaatan pada-Mu dan menjaga perintah-Mu dan memuliakannya. Semoga Engkau menutup aib-aibku di dunia dan di akhirat. (Amin).

Untukmu wahai saudaraku
yang tengah menggodok tugas akhir.
Teruslah berjuang!!!,
karena Allah lebih tau apa yang terbaik buatmu






2. MUDA ( Maksimalkan Untuk Dakwahkan Agama ) di Kampus

Oleh Ibnu Hasan

Saudaraku…
lapangkanlah waktu untuk selalu bermuhasabah (Introspeksi diri) walau sejenak, kapan dan dimana pun jiwamu berada dan alangkah baiknya kalau engkau seorang diri saja. Dengan bemuhasabah kesombongan dan keangkuhan diri akan terkikis sedikit demi sedikit. Kekurangan dan kesalahanmu setiap harinya semakin dapat kau deteksi. Potensi dan kelebihan yang terpendam dalam jiwamu pun akan tampak. Lebih dari itu, hati dan pikiranmu yang tadinya keruh akan jernih kembali. Karena itulah aku minta padamu untuk bermuhasabah.

Saudaraku… ,
tariklah nafasmu secara perlahan dan hembuskanlah secara
perlahan pula. Bila engkau tidak keberatan… bila engkau tidak keberatan kuminta
padamu ulangilah sampai tiga kali. Sekarang mulailah hadirkan hati dan pikiranmu
yang mungkin sedari tadi menerawang ke alam yang engkau sendiri tidak tahu di
mana, ke alam sadaramu guna melihat seberapa jauh dan seberapa besar eksistensi dirimu. Sekarang, anggaplah dirimu berada di bawah pohon yang besar dan rindang. Kesejukan menyapa kulitmu dan engkau tampak bahagia di sana, yah..engkau tampak bahagia. Aku tahu dari semburat wajahmu yang menyiratkan hal itu dan bibirmu yang mengukir senyum gembira. Dibawah dedaunan yang bergoyang ke kanan dan ke kiri, ke depan dan ke belakang karena hembusan angin sepoi-sepoi, membuat jiwamu seakan hanyut dalam perasaanmu itu. Perasaan yang membuatmu rindu akan suasana bahagia, cerah, ceria seperti halnya dedaunan yang engkau saksikan bergoyang dan menari-nari mengikuti irama angin yang bertiup. Dan engkau telah mendapatkannya. Belum lama engkau bersama perasaanmu itu, tiba-tiba rasa sedih, kecewa bahkan takut, menghapus semua itu. Semua kebaikan yang baru saja kau peroleh. Mau tau kenapa???!!!

Ketika sepasang mata kasatmu, kau arahkan ke bawah melihat ke tanah di sekitar pohon yang besar itu. Apa yang terlihat oleh inderamu yang lemah dan terbatas itu ??? Semoga dugaanku tidak salah, begitu banyak daun-daun yang engkau dapati berhamburan di atas tanah tanpa daya. Bukan hanya daun yang tua kering kuning kecoklatan, hijau tua atau muda bahkan daun yang masih belia pun terlihat di situ.

Saudaraku… ,
keceriaan, kegembiraan dan kebahagiaan daun-daun yang menari-nari itu andai engkau benar–benar merasakannya hanya sementara. Sekali lagi hanya sementara. Tidakkah daun-daun yang tergeletak di tanah itu menjadi bukti bahwa mereka semua berada dalam pengantrian menunggu giliran lepas dari ranting-ranting pohon, jatuh dan takkan pernah kembali lagi buat selamanya. Mereka adalah ibrah (pelajaran) yang diperlihatkan Allah, agar kita menyadari bahwa posisi hidup kita sekarang ini, di dunia ini dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun, entah bergerak atau tidak, diam berdiri atau duduk, berjalan atau pun berlari, atau apapun yang semisal dengan itu… dengan perasaan yang silih berganti kadang senang, sedih, bingung, kecewa, sehat atau sakit atau apapun perasaan yang kau rasakan… ‘kita’ – tidak ada alternative yang lain - hanya berada pada interval kejaran malaikat maut yang akan memisahkan ruh dari jasadnya dan penantian pintu kubur yang takkan pernah bosan menunggu.

Saudaraku… ,
jangan pernah berpikir untuk mencari jalan menghindar apalagi lari darinya. Cepat atau lambat, disadari atau tidak, siap atau bahkan tidak siap sama sekali, kita pasti terjepit oleh keduanya, seperti halnya daun-daun itu antri berguguran. Tidak ada yang tahu kapan itu terjadi pada diri kita, dalam keadaan bagaimana kita saat itu, yang jelas kematian akan datang menjemput tanpa harus menanyakan persetujuanmu. Bukan maksud hati menakut-nakuti, hanya saja, teramat naif kalau kesempatan hidup di dunia yang hanya sekali dan sementara ini membuat kita mengabaikan banyak hal terutama bekal ilmu, iman dan amal yang nantinya akan menyertai perjalanan selanjutnya.Ingatlah, bahagia tidaknya anda setelah kematian datang menyapa, sangat bergantung dengan posisi hidupmu sekarang ini.

Saudaraku… ,
sekarang arahkan langkahmu dan cobalah engkau beranjak ke tempat yang lain. Bila engkau berdiri di tempat pengantrian umum karena suatu keperluan dan giliranmu belum juga tiba sedangkan antrian di depanmu masih panjang. Maka sesuatu yang lain akan datang mengahampirimu… .Perasaan jenuh, bosan, atau dongkol bercampur lelah yang mungkin datang menghampirimu lalu menyatu dalam jiwamu walau engkau berusaha untuk tersenyum kepada siapa saja yang melihatmu. Jika benar demikian, maka pada antrian kematian pun berlaku walau tidak secara mutlak.
Bila engkau merasa berumur panjang, atau malah engkau yang mengaharapkan hal itu, maka sesuatu yang tidak kau harapkan akan datang.Ia mendekat padamu walau engkau berusaha membuang tanda-tandanya. Ia menghampiri lalu melekat pada dirimu hingga tidak ada pilihan bagimu selain menerimanya dengan pasrah. Dan taukah anda ?? sesuatu itu adalah penyakit yang tidak akan pernah bisa diobati, dialah penyakit “ketuaan”.

Saudaraku… ,
saya berharap engkau pernah melihat walau tidak sering seorang bapak berusia lanjut dengan pakaian yang tidak terurus. Jalannya tertatih-tatih. Wajahnya sendu sangat sendu, menyiratkan kesedihan yang tidak kau rasakan. Tangan kanannya memegang plastik (tempat sabun), dengan harapan siapa saja yang melihatnya kiranya tersentuh dan terketuk hatinya untuk memasukkan uang seikhlasnya di dalam tempat tersebut. Kuterangkan hal ini padamu karena aku sering melihatnya di kampus tempat kita mendulang ilmu dan faedah. Bila engkau tidak pernah melihatnya, maka cobalah hadirkan wajah nenekmu, atau orang tuamu yang mungkin sudah berusia sangat lanjut. Alangkah baiknya bila engkau tidak sekedar membayangkan tapi segera bertemu mereka. Jangan engkau berpaling darinya, ambillah hikmah dari keberadaannya. Pandangilah ujung kaki hingga rambutnya walau untuk melakukan itu perlu sembunyi-sembunyi. Engkau akan mendapati kulit yang membungkus dagingnya tampak keriput padahal dulunya tidak demikian, tenaganya melemah jangankan untuk berjalan, bediri pun harus dengan susah payah.

Lihatlah !!!, pakaian yang dipakai seadanya, tidak lagi tertarik pada mode. Raut wajahnya penuh kesedihan, giginya pun tanggal satu persatu dan rambut hitamnya
yang dulu kini telah beruban. Itulah kenyataan yang terjadi… .

Selanjutnya tunjukkanlah baktimu sebagai anak pada mereka dan jangan pernah lupa untuk selalu tersenyum pada mereka. Senyum tulus yang engkau alamatkan pada mereka akan membuat mereka mengingat dan kembali membuka file-file kenangan masa lalu, masa sewaktu muda dulu seperti engkau sekarang ini. Dalam file itu berbaur kisah gembira dan bahagia, sedih dan pilu, kecewa dan tidak ketinggalan kisah berbau sesalan. Mereka akan terus mengingat file-file itu karena ter-save dalam komputer hati yang akan terus tersimpan rapi bahkan kekal dalam diri
mereka hingga ke liang lahat.

Saudaraku… ,
lantas bagaimana pula dengan kita sekarang ini ??? yang masih muda belia ini ??? Pernahkah terlintas dalam pikiran kita untuk bertanya pada diri sendiri kenangan apa yang bakal terpahat di hati bila sudah tua kelak ??? (jangan sampai terjadi, sewaktu MABA imut-imut, giliran jadi senior eh.. malah amit-amit).
Cara apa yang bakal mewarnai perjuangan untuk mengisi masa muda kita ??? (Pastinya gak boleh sia-sialah di Dunia apa lagi di Akhirat)
Lantas… kearah mana energi muda yang melimpah ruah ini kita curahkan ???
( Kemana lagi kalau bukan untuk menggapai Ridho Allah, kan MUDA – Mantapkan Usaha Dakwah Agama- ).

Saudaraku… ,
dalam diri harus tertanam tekad untuk menggunakan tenaga dan masa muda untuk kepentingan agama Allah Azza Wa jalla tentunya dengan selalu menuntut ilmu, beramal sesuai ilmu, dan mendakwahkan ilmu tersebut dan bersabar di dalamnya. Bila kemudian penyakit “ketuaan” datang kita tak perlu khawatir, takut apalagi sedih karena itu sudah sunnahtullah dan karena kita sudah mempersiapkan bekal buat menyambutnya yaitu “TUA” –Tingkatkan Usaha Agama-. Insya Allah kita akan terus seperti itu hingga kematian tidak datang melainkan dengan singgasana kemuliaan.
Pintu kubur pun tak sabar memeperlihatkan kenikmatan yang tak terkira di baliknya. Setelah melewatinya dan dinyatakan “Lulus” dari pertanyaan yang diujikan dua malaikat pena-nya, kubur akan meluas sejauh mata memandang dan kenikmatan pun akan tampak di sana. Sosok wajah tampan berseri-seri, pakaiannya bersih dan
berdiri tidak jauh dari kita sembari tersenyum. Ia mendekat dan menyatakan kesediaannya untuk menemani kita di kubur. Kita pun akan tahu tentangnya setelah bertanya “Siapa anda ??!!”. Dialah energi yang tidak kita buang percuma. Dialah waktu yang kita habiskan untuk menuntut ilmu, beribadah dengan ilmu itu,
mendakwahkan dan bersabar di dalamnya.

Saudaraku… ,
di Akhirat kelak kita akan ditanya oleh Allah “Untuk apa engkau habiskan umurmu dan digunakan untuk apa masa MUDA mu ???” Dan Insya Allah pada hari itu kita akan memberi jawaban yang paling baik “Ya Allah !!!, telah kuhabiskan umurku dalam ketaatan pada-Mu dan telah kugunakan masa MUDA ku untuk menegakkan agama-Mu di Sekolah, Kampus, dan di Bumi tempat di mana Engkau iznkan kakiku ini berpijak”.

“Optimislah!!!” karena optimis tidak pernah dan tidak akan pernah berkawan dengan rasa malas. Pandanglah dan temukan kebaikan yang tersembunyi dibalik semua masalah seperti engkau memandang langit yang tinggi namun tidak juga jatuh merapat bersama bumi, atau gunung yang merupakan kumpulan batu-batu kecil yang tetap kokoh dan tegar walau badai mengguncang atau apalah yang membuatmu tetap bisa tersenyum walaupun semua orang berpaling darimu.

Saudaraku… ,
Orang yang berbudi berjuang untuk tujuan yang mulia, orang yang tidak berakhlak berbuat sesuatu demi kepentingan dirinya sendiri tanpa pernah mau berfikir untuk orang lain kecuali terpaksa. Jangan pernah lewatkan masa MUDA ini karena ia tak datang untuk kedua kalinya. Masa MUDA bagaikan sepetak sawah yang bila tidak ditanami dengan bibit yang baik, maka kelak tidak akan bisa dituai hasil yang baik pada hari tua apalagi di akhirat kelak.

Kawan… ,
hidup memang penuh onak duri, bagai roda terus berputar kadang diatas kadang di bawah. Tapi itulah seni hidup yang hanya dimiliki dan bisa dirasakan oleh mereka yang bermodalkan DUIT (Doa, Usaha, Iman, Tawakkal). Modal yang tak pernah gagal unjuk kebolehan. Karena itu torehkanlah dengan tinta emas untuk meniti perjuangan:

“Siapa lagi kalau bukan saya, kapan lagi kalau bukan sekarang!.
Hidup di dunia hanya sekali mati juga sekali. yang hanya sekali itu tak boleh
kubiarkan berlalu tanpa menoreh prestasi lalu menyisakan bekas berupa
amal jari’ah sebanyak-banyaknya”.

Buatmu para aktifis dakwah
Di Bumi Allah, kala waktu terus berlalu
tanpa menoleh ke belakang

1. Secercah Cahaya harapan di MIPA

Oleh: Ibnu Hasan

Kawan… , engkau bukanlah mahasiswa yang tengah terlelap dalam tidur atau mata yang diliputi kabut tebal seakan tidak mau ambil peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Engkau bukan pula benalu yang hanya tahu mengambil keuntungan dari tanaman lain namun tak mau pusing dengan apa yang terjadi dengan tanaman tersebut. Kalau kenyataannya engkau memang demikian, ketahuilah engkau adalah mahasiswa yang egois “Bangun dan sadarlah!!!”. Mungkin hati, perasaan dan pikiranmu terusik diliputi kabut kemarahan. Tidak suka bahkan benci walau tidak engkau tampakkan dengan seruanku itu. Terlalu banyak urusan, sok tahu, sok ngatur… atau apalah yang pantas untuk kau juluki orang yang banyak berteriak seperti aku. Ketahuilah kawan, urusan yang besar telah memalingkan wajahku dari ejekan orang yang tak mau tahu dan peduli. Jiwaku sekarang ini andai engkau tahu, tak ubahnya anak kecil yang bisanya berteriak tak dapat melakukan apa pun ketika melihat api mulai berkobar di dalam rumah, sedangkan keluarganya lelap tertidur. Bila teriakan sang anak “Ada apiiii… ada apiii… apiii!!!!” dibalas dengan kemarahan sang bapak dan malah memukulnya karena teriakannya itu mengganggu keluarga yang istirahat, apakah engkau membenarkan sikap sang bapak???!!! Atau sekiranya engkau bagian dari keluarga yang tidurnya juga terganggu dengan teriakan itu, apakah engkau juga bersikap sama dengan bapak itu, memarahi dan memukul anak itu???!!! . Tentu tidak kawan, aku yakin itu jawabanmu. Tapi bila engkau hendak memberi jawaban lain, kuminta padamu jawablah dengan perturutkan akal yang memahami, bukan akal yang mengakali kalau benar secercah harapan masih tersimpan di hatimu, hati yang rindu dengan kebenaran.

“Bangun dan sadarlah!!!”. Tidakkah engkau menyadari bahwa kaki kita tengah berpijak di dunia yang sama, dunia mahasiswa. Dunia yang di dalamnya penuh teka-teki dan tanda tanya, gedung-gedung fakultas tampak kokoh menjulang, namun kebulatan tekad menuntun pilihanku dan pilihanmu bermukim di MIPA. Rupanya engkau senang seperti halnya aku bermain dengan angka-angka kehidupan yang sistematis, fleksibel dan bijak. Langkahku tidak serta merta berhenti. Aku adalah musafir di padang pasir yang kehausan merindukan air dan akan terus berjalan hingga kutemukan mata air walau untuk itu konsekuensi yang harus kuhadapi tidak kecil, tekadku bulat dan hanya kematian yang mampu menghalaunya. Aku juga akan seperti mereka pencinta gunung yang tak mau peduli dengan tingginya gunung, curamnya lembah, terjalnya bebatuan, dan rimbunnya semak belukar. Mungkin saja goresan darah tampak dikedua betis dan lenganku, atau telapak kakiku melepuh karena alur hidup yang aku pilih. Aku tak peduli dengan itu, dengan semua yang menjadi syarat untuk aku lalui bila yang kucari memang harus melalui tahapan itu. Aku terus dan akan terus melangkah menginjakkan kaki diatas bumi harapan dan perjuangan, diatas janji dan amanah yang tidak kecil. Aku butuh tempat bernaung, tempat yang darinya aku berfikir dan merintis kesuksesan. Aku pun semakin dewasa berada di sana. Juga tempat yang di dalamnya kurindukan wajah para mahasiswa yang hatinya tak pernah tenang melihat ketidak-adilan, kerongkongannya tak mau kering menyuarakan kebenaran dan pembelaan, serta perutnya tak mau kenyang berisi nasehat.

Tahukah engkau kawan tempat apa yang kumaksud itu???!!!! Dialah tempat yang sekali lagi kutekankan padamu kakiku dan kakimu berpijak diatasnya Fakultas MIPA Unhas. Tapi kawan, tetap saja jiwa yang ruhku berada di dalamnya tidak puas dengan pilihan itu.

Engkau bertanya kenapa ??? menurutku itu masih umum dan luas, aku butuh sesuatu yang lebih strategis lagi. Sesuatu yang menjadi wadah ibarat kamar dalam rumah yang dinding-dindingnya menutupi dan membuatku dapat bermuhasabah. Suasananya mampu mendorong dan merangsangku meramu dan menggali potensi besar yang terpendam dalam diri, merencanakan jalan hidup dan menggapai cita-cita seindah harapan.

Kawan… , aku yakin engkau juga butuh tempat seperti itu. Dan tempat itu tidak jauh kawan, dekat bahkan sangat dekat. Dialah tempat yang aku dan engkau sering berkumpul di dalamnya, bahkan tidur di dalamnya, sekret BEM FMIPA Unhas itulah tempat yang kumaksud. Sayang kawan… , karena aku tak menemukan apa yang aku cari dan apa yang kurindui. Yang kutemukan hanya Lembaga yang nafasnya terperangkap dalam kerangka berfikir yang tidak seindah visi misinya. Lembaga yang terombang - ambing bagai awan, tak tahu kemana harus mengarah karena begitu banyak angin pemikiran di dalamnya.

Demikianlah realitasnya kawan. Keheranan, keraguan, hingga puncaknya berakhir dalam kekecewaan bercampur bak adonan kue yang mengobok-obok perasanku.

“Seperti inikah suasana yang aku dan engkau butuhkan untuk menopang kesuksesan???” .

Tidaaaak!!!. Aku tidak butuh tempat seperti itu, tapiiii… inilah realitas yang harus
kuhadapi kawan. Karena itulah aku menyerumu, “Bangun dan sadarlah!!!!”. Lembaga mahasiswa yang ada sekarang ini kawan, tidak hanya di FMIPA juga di fakultas lainnya, tidak lagi seperti bunga yang segar tumbuh dari tanaman yang baik, menyejukkan bagi mata yang melihatnya dan menyisakan wangi bagi tangan yang menyapihnya. Kini ia telah layu kawan, seiring pertambahan usianya beradu dengan waktu dan kemudian menjadi sampah terbuang. Tahukah engkau kenapa hal itu terjadi kawan???!!!. Bila kerinduan bunga (baca:lembaga) akan AIR (Akhlak, Inisiatif, Rasa) tak lagi bisa ia dapatkan atau kebutuhannya akan PUPUK (Perencanaan, Usaha, Pengajaran, Ulasan, Kreatif) tak juga di indahkan.

Kawan… , jangan tutup matamu karena hal yang sangat kontras terlihat di sana. Kepentingan sebagian kecil orang diperjuangkan sedangkan kepentingan banyak orang diabaikan. Banyak jiwa bersedih melihat kampus dalam sosok makhluk yang tak dapat dideskripsikan karena bentuknya yang tidak karuan. Begitu banyak mata yang mau bersabar dan mulut diam membisu melihat suasana seperti “BOLA” (maaf) kebanyakan di MIPA “Bikin Orang Lalai Aja” atau bahkan “Bikin Orang Lupa Allah”. Tidak sedikit suara-suara protes, kritikan, keluhan yang tersebar dari lisan-lisan warga yang masih peduli pada MIPA tak terkecuali suara lugu MABA masih juga terkatung-katung diantara harapan dan realitas, dan masih banyak hal lain yang tak perlu disebutkan kawan.

Mungkin saja pernyataanku ini berlebih-lebihan menurutmu. Tapi engkau tak perlu marah kawan!. Karena kemarahanmu dapat menghilangkan eksistensi dirimu sebagai mahasiswa yang berakal dan katanya mengedapankan nalar yang positif. Tidakkah engkau belajar ilmu “logika Matematik” ??? buktikan saja negasi dari pernyataanku itu. Tapi…..,tidak dalam bentuk kalimat melainkan perbuatan karena lari dari realitas bukanlah sikap apalagi keputusan orang bijak. Orang bijak adalah mereka yang memandang masalah sebagai aset untuk bisa melangkah menjadi lebih baik bukan buka aib. Dan asal tahu saja, tidak hanya nekad yang dibutuhkan tapi juga tekad yang kuat karena kesuksesan hanya layak disandang oleh mereka yang memperjuangkan kesuksesan bukan mereka yang hanya mengharapkannya.
Kawan… , mariii… !!!, bangun dan sadarlah!!!. Lihat sekelilingmu dan bersatulah bersama mereka yang masih merindukan kebaikan, merindukan perubahan yang berartikarena orang yang seperti itu masih banyak di FMIPA Unhas. Berjuanglah besama mereka menjadikan FMIPA sebagai wadah yang merangsang dan memotivasi peningkatan akademik, perbaikan moral, serta kepahaman organisasi yang sebenarnya.

Kawan… , jika matamu kini terjaga dari tidurmu dan engkau membenarkan seruan yang kuserukan itu, maka rapatkanlah barisanmu bersama perindu-perindu perubahan seraya mengharapkan pertolongan Allah yang Maha berkehendak atas segala rencana. “Optimislah!!!” karena optimis tidak pernah dan tidak akan pernah bershabat dengan rasa malas. Pandanglah dan temukan kebaikan yang tersembunyi dibalik semua masalah seperti engkau memandang langit yang tinggi namun tidak juga jatuh merapat bersama bumi, atau gunung yang merupakan kumpulan batu-batu kecil yang tetap kokoh dan tegar walau badai mengguncang atau apalah yang membuatmu tetap bisa tersenyum walaupun semua orang berpaling darimu.
Kawan… , hidup memang penuh onak duri, bagai roda terus berputar kadang diatas kadang di bawah. Tapi itulah seni hidup yang hanya dimiliki dan bisa dirasakan oleh mereka yang bermodalkan DUIT (Doa, Usaha, Iman, Tawakkal). Modal yang tak pernah gagal unjuk kebolehan. Karena itu torehkanlah dengan tinta emas untuk meniti perjuangan:



“Siapa lagi kalau bukan saya, kapan lagi kalau bukan sekarang!.
Hidup di dunia hanya sekali mati juga sekali. yang hanya sekali itu takkan kubiarkan berlalu tanpa menoreh prestasi lalu menyisakan bekas berupa amal jari’ah sebanyak-banyaknya”.


Buat saudaraku para mujahid kampus FMIPA
Unhas
Telkomas, 19 desember 2006

Catatan Mujahid

Status

Foto saya
Hubungi kami di 085213432543

Pengikut